Awal tahun 2015 , ada seorang ustadz yang teguh keimanannya dan shaleh amalannya dikirim ribuan jin kepadanya untuk mengganggu dan menyiksanya. Hingga sering kehilangan kesadaran dan dampaknya cukup mengerikan di mata orang normal.
Oh ya, ustadz tersebut selalu mengamalkan dzikir, tilawah, dan seterusnya. Namun, fakta di lapangan menyebutkan bahwa kasus jin kiriman, jin nyasar dan jin iseng patut dibedakan. Tidak bisa disamakan. Kualitas jin kiriman lebih tinggi dalam mengganggu dan menyerang.
Meski sudah maksimal mengamalkan wirid-wirid dan ibadah, serta bertawakkal pada Allah Ta’ala, sang ustadz tetap saja diserang. Bahkan membaca satu ayat saja sakitnya minta ampun.
Sekarang, apa kita masih menggunakan kaedah orang normal, “Sebenarnya kalau dia dzikir, itu akan membentenginya dari gangguan setan.” Kaedah itu benar, namun sekali lagi, yang ada di lapangan tidak sesederhana teori basic.
Atau, kita akan menilai ustadz tersebut kurang tawakkal?
Atau, kita akan menilai ustadz tersebut kurang berkualitas dzikirnya?
Lagi-lagi saya berfikir, syukurlah bukan Anda yang terkena santet.
Rasulullah pada masanya pernah disantet oleh Labid bin al-A’sham. Berefekah ? Sangat. Bukankah beliau dzikir pagi dan petang? Bukankah beliau seorang Rasul?
Itu menunjukkan bahwa di lapangan, Allah Ta’ala memberikan ujian lebih dari kaedah sederhana yang kita mengimaninya.
Dan jika ini terjadi pada Rasulullah, maka apalah yang mungkin terjadi pada manusia biasa yang taat?
Bahkan sampai beliau meminta kepada Allah agar ditunjukkan buhul-buhul, yang kemudian Allah menjawabnya. Dia kabarkan di mana letak buhul tersebut. Ternyata di dalam sebuah sumur. Hal ini terwartakan jelas dalam Shahih al-Bukhary.
Kasus yang menimpa Rasulullah, manusia terbaik, adalah kasus santet, yaitu berkenaan dengan jin kiriman. Ini bukan kasus jin iseng, bukan pula kasus jin nyasar. Dan dari keseluruhan kasus santet, kita akan mendapatkan taraf antar kasus demi kasus ternyata tidak selalu sama.
Ada yang standar, ada yang ekstrim, dan ada yang super ekstrim. Sehingga bukan suatu keheranan jika seorang korban santet berusaha membaca satu ayat kursi untuk meruqyah diri sendiri secara mandiri, rasa sakitnya benar-benar tak tertahankan.
Dan inilah fakta lapangan.
Dan fakta lapangan seringkali menyelisihi teori dasar; tanpa mendiskreditkan teori dasar. Malah justru teori dasar adalah medicare pertama.
Saya pernah melihat seorang ustadz yang dikenal bertakwa, jujur dan shaleh, meruqyah tidak ada efeknya. Karena yang diruqyah adalah korban santet tingkat tinggi. Dan beliau pemilik teori dasar. Akhirnya dihadapkanlah pada praktisi ruqyah yang mungkin kapasitas keilmuannya gak seberapa. Qadarullah, efeknya baru hadir, dan para hadirin akhirnya mengerti bahwa pemilik teori tidak sama dengan pemilik teori plus lapangan dan pengalaman dalam masalah ini.
Pernah pula ada kisah yang diceritakan oleh seseorang bahwa anaknya hilang diculik oleh bangsa Jin. Dan juga gangguan-gangguan bangsa mereka. Bahkan seorang ulama didatangkan -dan berasal dari Arab- pun sudah usaha mempraktekkan teorinya, ternyata tidak berbekas. Tidak ada perubahan.
Apakah ulama tersebut kurang berkualitas keimanannya, atau kurang dzikir? Who are you to tell that? Tapi didatangkan peruqyah praktisi berpengalaman menangani beragam kasus yang tak hanya berdasar pada teori semata, akhirnya dengan izin Allah, selamat semua.
Sebagian orang mungkin ada yg menganggap remeh praktisi Ruqyah dengan mengatakan Ruqyah kok dijajakan? Ruqyah kok diperjualbelikan? Jin kok diajak masuk Islam? Orang kok minta ruqyah? Emang ga bisa sendiri? Yang akhirnya secara sederhana berkesimpulan:
“Ruqyah itu mudah. Cukup dzikir, wiridan dan tawakkal.”
Kalam di atas basic. Kalam di atas benar, namun tidak untuk sebagian kasus. Tidak semudah itu. Tidak se-simple itu. Ya hanya Untuk sebagian kasus.
Itu kemudian akan diketahui setelah Allah takdirkan kita melihat ke lapangan langsung, bahkan mungkin mengalaminya langsung.
Karena itu, kerap saya anjurkan agar rekan-rekan yang punya teorinya namun belum bermain di lapangan, bermainlah di lapangan.
Pelajarilah kemudian. Tidak untuk menjadi spesialis. Tidak untuk membuka klinik , Tidak harus. Tetapi untuk membuka mata lebih lebar lagi…
Bahwa Masih ada diantara saudara kita yang mencoba menyelamatkan AQIDAH ummat dari lembah Kesyirikan MEREKA LAH PARA PRAKTISI RUQYAH..