Seorang kakek berusia 79 tahun ini, di uji oleh Allah SWT dengan penyakit jantung, dan fungsi ginjal yg telah sangat menurun, untuk berjalan iapun harus di papah karena kondisi tubuh yg sudah sangat lemah.
Tetapi anehnya setelah sepekan berselang, dalam suatu kondisi beliau mampu berjalan juga duduk seperti layaknya orang Normal. Seperti foto yg dikirimkan anaknya kepada saya ini, ia mampu berjalan dan keluar menuju halaman rumah, seperti tidak terkena sakit sedikitpun.
Saat kondisi demikian biasanya si Kakek menjadi tempramental suka marah² dan meracau, memaki siapapun yg ia temui, bukan hanya itu, ia sering berbincang dengan sosok yg tak terlihat , di ajak bicarapun juga suka gak nyambung.
fisiknya terlihat lebih energic naik turun tangga mengangkat kursi tamu, yg tak mungkin di lakukan orang seusianya, apalagi dalam kondisi sakit seperti itu sangat Mustahil dapat dilakukan orang yg normal, namun hal ini terjadi dan nyata kami saksikan sendiri.
Demikian informasi yang kami peroleh dari salah satu anak beliau.
Dari hasil diagnosa kami , beliau positive terkena gangguan syaitan jin, rasa kesal dan kecewa terhadap penyakit yg dideritanya ditengarai menjadi asbab yg membuka ruang bagi syaitan ini untuk mengakses jiwa beliau. Anaknya kemudian bertanya : Bagaimana bisa ustadz , jin mengganggu ayah kami ?, sedangkan beliau adalah seorang yg rajin beribadah dan santun dalam muamalah…
Saya katakan bahwa ; Seorang yg rajin beribadah dan baik ahlaqnya tak menjadi jaminan terbebas dari gangguan jin. Tiada yg mampu menandingi ibadah dan kemuliaan ahlaq nabi SAW namun beliau pun masih d ganggu oleh jin dan syaitan…
Di sini orang tua anda membuka aksesnya, yaitu ketidakridhoan terhadap takdir buruk yg menimpa. Sebab Beriman kepada Takdir (takdir baik dan takdir buruk ) adalah bagian dari aqidah, jika hilang salah satunya maka rusaklah iman pada diri seseorang, iman yg rusak inilah menjadi penyebab mudahnya jin mengakses jiwa seseorang.
Nafs / jiwa , dalam tubuh seorang itu akan rusak atau tersandera oleh syaitan dengan beberapa sebab, diantaranya.
1. Tekanan mental , ketidak ridhoan terhadap musibah yg menimpa.
2. Perjanjian bathil antara manusia dengan jin. ( Pesugihan, Ilmu Kanuragan dan olah tenaga dalam ).
3. Sihir dan Hasad dari syaitan.
Nafs yg tertawan oleh syaitan ini pergi meninggalkan jasad yg ditempatinya, semakin kuat sebab yg melatarbelakanginya semakin banyak pula nafs yg meninggalkan jasad seseorang. ketika nafs ini pergi maka ruang kosong dalam jasad seorang akan di isi oleh syaitan² dr bangsa jin.
Karenanya kita dapati mereka, menjadi linglung hilang kesadaran, tetiba kerasukan dan mengalami gangguan kejiwaan.
Khususnya bagi mereka pengamal Ilmu perdukunan , kanuragan dan yg semisal diatas usia 50 an , biasanya syaitan sudah mulai mengambil akses jiwanya , diawali dengan menimpakan penyakit yg sulit disembuhkan, mengambil keluarga yg dicintai dan apa yg disukainya, saat jiwanya ini terguncang , syaitan masuk dan mampu mengontrol jiwanya, sehingga sangat sulit diharapkan kesadarannya untuk kembali normal apalagi untuk menggapai hidayah Tuhan. Hingga berakhir kepada kematian yg sangat mengerikan. Waliyyadzubillah..
Kembali kepada kisah kakek , setelah kami beri penjelasan keluarga kakek pun memahaminya , selanjutnya kami meruqyah beliau selama kurang lebih 30 menitan, saat kami sentuh ubun2 beliau sembari membaca ayat² pembatal ain serta ayat² penarik nafs , tubuh beliau bergetar , dan ditengah prosesi ruqyah beliau berkata :” saya jadi tenang ustadz” , kami menghentikan ruqyah dan coba berbincang dengan beliau, Alhamdulillah sorot mata yg menyalak sebelum d ruqyah kembali seperti sedia kala, dan saat diajak berbicangpun telah kembali normal, kita doakan semoga Allah berikan kesembuhan kepada beliau dengan kesembuhan yg sempurna.
Bagi teman² yang memilki orang tua, dengan keluhan yg serupa jangan ragu bacakan saja untuk nya ayat² Al Quran karena ia adalah syifa , penyembuh bagi jiwa dan penyebab turunnya Rahmat untuk kita. Jika keluhannya masih berlanjut segera hubungi peruqyah terdekat disekitar anda.
Barokallahufikum.
,✍️ Syuhada Hanafi, S.Pd.I




